SPOILER ALERT!


SPOILER ALERT!
Bila Anda serius ingin membaca buku-buku yang saya bahas di bawah ini dan tak ingin ceritanya Anda ketahui sebelum membaca bukunya, sebaiknya Anda meninggalkan website ini dan mengunjunginya kembali setelah selesai membaca. Terima kasih.

Sabtu, 07 Agustus 2010

The Kite Runner - Khaled Hosseini

Ini adalah salah satu buku yang membuat saya membaca dan terus membaca dengan mengebut, sampai lupa waktu. Buku ini begitu menarik, sehingga saya tak bisa lama-lama meletakkan buku ini, selalu ingin membaca dan membaca lagi.


Buku ini cukup fenomenal. Best-seller di berbagai negara.Sempat meraih penghargaan di berbagai negara juga. Buku ini bercerita tentang kehidupan keluarga dan kemanusiaan di Afghanistan, pra perang (masa monarki yang damai), pasca perang (invasi Uni Sovyet), dan masa bangkitnya Taliban sebagai penguasa negara tangan besi yang kontroversial.


Amir adalah seorang anak pengusaha dari etnis Pashtun terkenal di Kabul, yang dipanggilnya Baba. Mereka hidup sangat mewah dan dihormati. Dia sehari-hari ditemani oleh Hassan yang berbibir sumbing, putra Ali, pembantu ayahnya yang berasal dari etnis Hazara yang dekat dengan Syiah Iran. Etnis Pashtun dianggap sebagai mayoritas di Kabul dan etnis Hazara sering mendapatkan pelecehan dari etnis yang lain.


Amir dan Hassan menikmati masa-masa kecil yang indah pada jaman monarki di Afghanistan. mereka menjelajahi Kabul yang digambarkan indah dan ramah. Mereka mengikuti lomba adu layang-layang yang sangat populer di kalangan anak-anak. Baba mencintai anaknya, Amir, dan juga Hassan, putra pembantunya, sama besarnya. Ini yang membuat Amir kecil cemburu.


Amir dengan kecemburuan anak-anak yang sering kita sesali kemudian, menuduh Hassan mencuri uang. Merasa diusir dan dituduh, Hassan dan Ali akhirnya berhenti bekerja menjadi pembantu di rumah Baba, kemudian pindah ke tempat asalnya dekat perbatasan Iran. Baba patah hati melihat Hassan dan Ali pergi dari rumahnya.


Setelah itu timbullah pemberontakan kaum komunis terhadap monarki. Pemberontakan itu menimbulkan pendudukan tentara Uni Sovyet di Afghanistan. Kekacauan dan ketidakpastian merebak. Baba dan Amir terpaksa mengungsi ke Pakistan menaiki mobil tangki minyak, untuk kemudian menetap di Amerika Serikat. Di Amerika mereka meninggalkan segala kemewahannya, Baba bekerja di pom bensin, dan Amir bersekolah dan kuliah sambil bekerja.


Selepas kuliah, Amir memutuskan menjadi penulis, sesuatu yang menjadi bakatnya sejak kecil, yang membuat Baba agak kecewa. Akan tetapi, di akhir hidupnya yang serba kekurangan, Baba menyatakan kebanggaannya terhadap anaknya tersebut. Baba meninggal, dan Amir menikah dengan wanita keturunan Afghan, di Amerika Serikat.


Sepeninggal Baba, Amir mencoba mendapatkan anak bersama istrinya, Soraya. Tidak kunjung membuahkan hasil. Tanpa diduga, seorang sahabat Baba di Afghanistan, Rahim Khan, meneleponnya. Dia memintanya untuk kembali ke Afghanistan, untuk memberi pertolongan kepada sahabat masa kecilnya, Hassan. Dirundung rasa bersalah, meskipun takut, Amir pergi ke Afghanistan, dimana Taliban memerintah dengan dasar Islam secara keji.


Perang dan Taliban telah memporakporandakan Kabul. Setiap pria harus berjenggot. Setiap wanita tidak boleh bekerja dan tidak boleh meninggalkan rumahnya tanpa ditemani muhrim laki-lakinya. Mereka tak segan-segan memukul dan menghukum para pelanggar agama. Musik dan seni rupa dilarang. Orang yang berzinah dihukum rajam sampai mati ditonton ratusan orang di stadion sepak bola.


Sampai di Kabul dengan menyamar, Amir mendapati Hassan telah tiada dibunuh oleh Taliban. Hassan meninggalkan anaknya yang terlantar di panti asuhan bernama Sohrab. Sohrab kemudian dibeli oleh seorang petinggi Taliban untuk dijadikan budak. Amir mengatasi segala ketakutannya, dan akhirnya bertekad menyelamatkan Sohrab dari orang-orang Taliban, dan kemudian membawa lari ke Pakistan, untuk kemudian diadopsi di Amerika Serikat. Tapi tentunya tidak semudah itu niat Amir bisa tercapai. Halangan dan rintangannya luar biasa berat.


Kekuatan dari novel ini adalah, bahwa Khaled Hosseini, penulis novel debutan ini, menulis dengan gaya yang sangat menarik. Novel ini sangat efektif. Hosseini menuliskan setiap kata hanya bila diperlukan saja. Tidak ada kata, plot, background, atau karakter yang terbuang percuma. Mungkin itu yang menyebabkan saya tidak berhenti membacanya sampai habis. Hosseini tidak menulis dengan berlebihan. Dia tidak menulis dengan berbelit-belit, karena argumen yang disodorkan sendiri sudah sangat kompleks. Ini adalah cerita tentang rasa bersalah yang menghantui sepanjang kehidupan kita, dan tentang penebusan rasa bersalah tersebut.


Kita disodori realitas bahwa Kabul pernah suatu saat indah dan damai. Selama ini yang kita dengar danlihat di berita adalah kerasnya situasi di Kabul dan berbahayanya kota ini akibat perang. Bahkan sampai saat ini, pasca jatuhnya Taliban, pengeboman masih terjadi dimana-mana. Novel ini adalah novel eksotis dari Afghanistan, sekaligus pewarta bencana kemanusiaan dan perang saudara disana yang tak pernah membaik sejak akhir 1970-an. Bisa dibayangkan bagaimana trauma dari orang Afghanistan, anak yang lahir pada masa 1980-an hanya mengenal perang dan perang.


Tapi bagaimanapun juga, harus dipahami bahwa Khaled Hosseini adalah orang Amerika. Benar dia kelahiran Kabul dan berasal dari keluarga Aghan. Tapi dia dididik sejak muda di Amerika, sehingga mengidap cara berpikir sebagai seorang Amerika. Dia memiliki realitas Afghan tapi dia melihatnya dalam cara Amerika. Salah satu contohnya adalah tokoh Assef, teman sekolah Amir yang menjadi petinggi Taliban di masa dewasanya. Assef sebagai perwakilan Taliban di novel ini, digambarkan sebagai seorang pemerkosa, pedofilia, pengagum Adolf Hitler, dan kebetulan sadistik.

4 komentar:

  1. buku ini emang KEREN ABIS.. tapi ada yg mengganggu.. dimulai dari Sohrab masuk kamar mandi karena kecewa oleh sikap Amir, lalu dia harus dibawa ke RS... nah dari sana kok jd rada berbelit2 ya :D:D

    BalasHapus
  2. oh iya. benar-benar... ini terlupa dari tulisan saya. dan juga satu lagi, amerika sentris. seakan masalah selesai ketika semua kembali ke amerika. itu mungkin menjelaskan berbelit-belitnya situasi sampai sohrab masuk RS.
    makasih banyak ya komennya.

    BalasHapus
  3. Memilukan, pergolakan batin yang sangat jujur. Mungkin hampir banyak orang memiliki dengan kadar berbeda.

    BalasHapus
  4. Suka bgt sama deskripsi pojok buku-buku

    BalasHapus