SPOILER ALERT!


SPOILER ALERT!
Bila Anda serius ingin membaca buku-buku yang saya bahas di bawah ini dan tak ingin ceritanya Anda ketahui sebelum membaca bukunya, sebaiknya Anda meninggalkan website ini dan mengunjunginya kembali setelah selesai membaca. Terima kasih.

Rabu, 19 Januari 2011

The Farewell Party - Milan Kundera

Milan Kundera adalah satu dari sedikit penulis novel yang dinominasikan untuk Nobel Sastra. Untuk itu, jelas kita punya banyak yang dipelajari dari karyanya. Salah satu buku yang kita bahas disini (yang saya temukan dari penjual buku bekas seharga Rp 10 ribu), juga mempunyai kekuatan "magis" khas Kundera dalam menulis prosa.

Buku ini berjudul The Farewell Party (Pesta Perpisahan), diterbitkan pertama kali di Cekoslovakia (ketika kedua negara itu masih akur dalam payung komunisme) pada tahun 1972. Edisi Bahasa Indonesia yang saya baca konon diterbitkan tahun 2004 oleh Obitiana Agency, yang merupakan terjemahan dari edisi bahasa Inggris. Ada dua versi judul dalam bahasa Inggris: The Farewell Party dan The Farewell Waltz.

Novel ini adalah sebuah roman urban dalam sebuah negara komunis yang totaliter. Milan Kundera menuliskannya sebagai sebuah komedi satir yang dalam. Meskipun novel ini bercerita tentang hubungan cinta/benci anak-anak manusia, novel ini dengan cerdas menyentuh banyak macam tema besar (dan meta-tema) antara lain eksistensi ketuhanan, komunisme dan totalitarianisme, pilihan akan kematian dan kehidupan, absurdity, bahkan sekedar memerbincangkan warna rambut dan pengaruhnya terhadap kepribadian.

Novel ini merupakan cerita yang berlatar waktu 5 hari di sebuah kota kecil yang memiliki spa tempat perawatan orang sakit dan wanita yang tak kunjung punya anak. Tokoh utamanya adalah Ruzena, seorang perawat muda di spa yang hamil. Dia mengaku dihamili oleh Klima, musisi jazz terkenal yang ahli memainkan trumpet. Klima berasal dari kota metropolitan, baru sekali mengunjungi kota kecil itu untuk melakukan konser, yang kemudian berkenalan dengan Ruzena dan berhubungan badan sekali dengannya. Klima sendiri mempunyai istri cantik sakit-sakitan yang pencemburu, bernama Kamila.

Ruzena meminta Klima bertanggung jawab atas kehamilannya, akan tetapi Klima dengan kata-kata manisnya meminta Ruzena untuk menggugurkan kandungannya. Yang tidak diketahui Klima adalah bahwa Ruzena juga berhubungan dengan seorang pria tanpa masa depan dari kota itu bernama Frantisek. Meskipun Frantisek mengaku sebagai ayah dari bayi dalam kandungan itu, Ruzena mencemoohnya.

Klima benar-benar tidak menginginkan bayi hasil perselingkuhan. Dia meminta tolong kepada Bartlef, seorang Amerika kaya yang tinggal di kota spa itu untuk memulihkan kesehatan. Hanya Bartlef yang dikenal Klima di kota itu, karena seusai konser musik, dia dijamu oleh pesta yang diadakan oleh Bartlef, dan dalam pesta itu juga dia pertama kali bertemu Ruzena.

Oleh Bartlef dia dikenalkan dengan dokter ginekolog yang mengepalai spa di kota itu, dokter Skreta. Dokter Skreta yang aneh dan eksentrik (dan sedikit megalomaniak) ini adalah juga kepala komisi aborsi di kota itu. Skreta setuju untuk membantu Klima, dengan syarat, Klima bersedia untuk tampil bersamanya dalam sebuah konser jazz. Skreta mengaku sebagai pemain drum amatir dan akan mengajak temannya seorang apoteker untuk turut serta dengan mereka memainkan piano. Klima tidak ada pilihan selain setuju, konser trio dadakan itu akan digelar lima hari lagi di kota itu.

Sementara itu Skreta kedatangan seorang teman lama, mantan aktivis bernama Jakub. Anak angkat Jakub, Olga, dirawat di spa yang dikelola oleh Skreta. Olga adalah anak dari bekas teman baik Jakub yang karena kesetiannya yang berlebihan terhadap partai dan revolusi, akhirnya mengirim Jakub. Ayah Olga kemudian dihukum mati oleh negara karena orang partai yang lain belakangan menuduh ayah Olga yang anti revolusi. Olga yang dirawat menjadi seorang gadis dewasa, tidak pernah tahu jelas mengapa ayahnya dihukum mati. Olga juga menolak Jakub sebagai figur ayah, dia sebagai remaja putri jatuh cinta kepada Jakub.

Jakub adalah teman masa kuliah dokter Skreta. Dokter Skreta pernah membuatkan pil beracun yang akan Jakub gunakan di negeri yang tak pasti itu. Apabila sesuatu yang buruk terjadi pada dirinya, berbekal pengalaman pahitnya dipenjarakan, dia memilih untuk bunuh diri dengan menelan pil. Sekarang dia akan mengembalikan pil itu ke Skreta, karena merasa tidak akan membutuhkannya lagi. Dia mendapat pekerjaan baru sebagai pengajar di luar negeri, dan dalam beberapa hari harus pergi selamanya dari negeri itu. Dia datang sekaligus untuk mengucapkan salam perpisahan kepada Skreta dan Olga.

Skreta mengulur kepergian Jakub dan berkeras agar menunggu sampai konser musiknya selesai. Jakub akhirnya berkenalan dengan Bartlef, dan bertemu dengan Ruzena. Secara tak terduga, Kamila yang curiga akan suaminya yang mempunyai affair, menyusul ke kota itu untuk menyaksikan konser dadakan dan melihat sendiri teman selingkuh suaminya. Disinilah novel ini menjadi seru. Semua tokohnya saling berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung. Kejadian dalam lima hari itu sangat berpengaruh dan mengubah hidup Ruzena, Klima, Kamila, Frantisek, Skreta, Jakub, Bartlef, dan Olga. Bahkan seseorang bisa kehilangan nyawa akan pilihan yang absurd.

Novel ini adalah novek komedi percintaan di permukaan, tapi di dalamnya merupakan perdebatan yang gelap dan absurd. Novel karya Milan Kundera ini berlapis-lapis seperti bawang. Ketika kita mengupas satu lapisan, terlihat lapisan yang lain. Begitu seterusnya.

Contoh yang nyata adalah dalam hal penokohan, semuanya ambigu dan berlapis. Ruzena yang hamil oleh Klima--atau oleh Frantisek? Klima yang memiliki istri cantik dan cemerlang tapi selalu membutuhkan teman selingkuh. Frantisek yang menerima Ruzena apa adanya, namun di sisi lain posesif dan pencemburu. Kamila yang mengabdikan diri pada Klima sebagai istri tapi rindu gemerlapnya dunia. Olga, seorang anak pungut yang mencintai bapak angkatnya. Bartleff, seorang filsuf yang seperti malaikat (benar-benar malaikat) tapi ternyata juga sangat manusia. Dr Skreta adalah seorang dokter yang membantu ibu-ibu untuk mendapatkan keturunan, yang ternyata banyak membuahi sendiri ibu-ibu tersebut. Sementara Jakub, seorang protagonis yang baik, ataukah seorang pembunuh? Semua terjalin dalam kerumitan yang tak pelak menghilangkan interpretasi tunggal. Semuanya terjalin dalam bentuk ironi-ironi.

Milan Kundera beranggapan bahwa sebuah novel adalah anti pesan. Penulis novel bukanlah pembawa pesan. Tugas sebuah novel adalah menyampaikan ironi. Ketika ironi muncul, siapa yang peduli akan pesan? Misalkan, ada kesan seolah novel ini menyampaikan pesan anti aborsi. Hal itu ditolak Kundera, karena dia tidak sengaja mengeluarkan pesan anti aborsi. Tapi hal itu juga disyukuri olehnya karena ironi akan pesan anti aborsi itu sendiri.

Novel pendek ini adalah sebuah ironi besar. Saya menemukan nilai-nilai yang ambigu dalam novel ini. Ini yang menjadikannya sebuah karya seni. Sebuah komedi yang pedih. Saya tidak tahu harus menangis atau tertawa. Buku ini membawa apresiasi pembaca ke level berikutnya. Sebaiknya Anda siap-siap.

Jumat, 14 Januari 2011

The Gambler - Fyodor Dostoyevsky

Freud pernah menulis tinjauan psikoanalisis khusus untuk Dostoyevsky. Freud sangat "terganggu" oleh buku-buku Dostoyevsky, akhirnya membuat artikel yang khusus memetakan psikoanalisis Dostoyevsky, berjudul "Dostoyevsky and Parricide". Nietzsche, filsuf yang juga menggemari bukunya, menyebut Dostoyevsky sebagai satu-satunya psikolog yang dapat mengajarinya tentang apapun.

Pada bab-bab awal saya tidak berharap banyak dari Dostoyevsky. Semakin lama, saya jatuh cinta pada karyanya. Dia begitu piawai menguak sisi psikologi manusia yang paling dalam. Novelnya sangat intens. Penuh dengan kecemasan-kecemasan, represi psikologis, pertentangan conscious dan sub-conscious, katarsis-katarsis, dan sebagainya.

The Gambler adalah sebuah novel pendek. Bukan karya unggulan, karena menurut kritikus, masterpiece-nya adalah Crime And Punishment dan The Brother Karamazov. Tapi meskipun begitu, The Gambler menurut saya sudah seperti 'Godzilla', bukan sekedar 'ayam sayur', sehingga saya penasaran untuk membaca masterpiece lainnya suatu saat.

Dalam pengantar penerbitnya (diterbitkan oleh penerbit Liris) disebutkan, Fyodor Dostoyevsky menulis buku ini dalam waktu kurang dari satu bulan saja. Dostoyevsky sendiri adalah seorang penjudi frustrasi yang akut. Kegemarannya berjudi membuat dia bankrut dan hidup terlantar. Kemudian dia terikat kontrak yang menjepit dirinya, dimana dia harus menyerahkan sebuah novel tulisannya pada seorang penerbit, penerbit itu berhak atas karya-karya Dostoyevsky tanpa harus membayar apapun padanya.

Dia menulis buru-buru. Dia menulis tentang apa yang dia ketahui, dia alami. Dan hasilnya justru luar biasa. Intensitas buku ini sangat terasa, seakan kita didesak untuk mengambil keputusan untuk mempertaruhkan semua yang kita miliki dalam hidup. Kita melihat orang-orang sakit dalam perjudian. Kita bersorak sorai akan manisnya kemenangan dan turut depresi atas kekalahan.

Buku ini menceritakan tentang seorang guru privat bernama Alexey Ivanovitch. Dia bekerja untuk seorang kaya Rusia yang di ambang kebankrutan yang dipanggil dengan sebutan sang Jenderal. Alexey memiliki cinta tak terbalas kepada Polina, anak tiri Jenderal. Jenderal adalah orang Rusia yang tinggal di sebuah hotel mewah di sebuah kota perjudian fiktif di Jerman bernama Roulettenberg. Karena hartanya yang semakin menipis, Jenderal berharap bibinya yang dipanggil dengan nama "Granny" (nenek) buru-buru meninggal agar dia mendapat warisan hartanya. Jenderal mempunyai hutang kepada rentenir Perancis yang menjadi temannya bernama Monsieur de Grieux. Jenderal juga selalu ditemani wanita cantik pengejar harta yang penuh skandal bernama Madamoiselle Blanche. Jenderal jatuh hati padanya, sehingga dia berniat menikahinya sesudah Granny meninggal.

Alexey juga bertemu Mr. Astley, teman sang Jenderal, seorang bangsawan Inggris yang pemalu dan kaya-raya, yang sepertinya juga jatuh hati pada Polina. Meskipun begitu, Alexey sanagt terbuka terhadap Mr. Astley. Sedangkan Polina memperlakukan Alexey yang putus asa seperti budak, kadang hanya untuk permainan saja. Apabila Polina menyuruh Alexey loncat dari jembatan, dia bertekad akan sungguh-sungguh loncat. Tapi Polina hanya memberikan uang untuk Alexey untuk berjudi secara diam-diam. Alexey sudah dilarang berjudi oleh Jenderal mengingat dia adalah guru dari anak-anak Jenderal yang masih kecil.

Itulah perkenalan Alexey Ivanovitch dengan roulette. Alexey ternyata menang. Uang kemenangannya dia berikan ke Polina. Suatu saat, ketika mereka berdua sedang berjalan-jalan, Polina mempermainkan Alexey. Mereka bertemu dengan suami istri Baron (bangsawan Jerman) yang mereka kenal. Polina menantang Alexey untuk membuktikan cintanya, dengan melakukan tindakan konyol, menghina pasangan bangsawan itu. Alexey melakukannya, dan membuat pasangan Baron itu tersinggung. Mereka meminta kepada Jenderal agar Alexey sudi minta maaf. Alexey menolak, yang akhirnya membuatnya dipecat oleh Jenderal.

Ketika Alexey kebingungan karena dia berada di kota yang asing tanpa pekerjaan, Granny secara tiba-tiba dengan kursi roda muncul ke Rouletenberg. Dia mengenal Alexey, dan segera menyuruhnya untuk menjadi guide. Granny mendatangi Jenderal dan teman-temannya. Jenderal kaget luar biasa, mengingat dia tahu bahwa Granny sakit parah dan dia berharap Granny meninggal di Rusia. Granny dengan suara keras berbicara di depan Jenderal, de Grieux, dan Blanche bahwa Jenderal tak akan mendapat warisannya.

Granny benci sekali dengan Jenderal dan wataknya yang menginginkan hartanya. Granny memilih untuk ditemani Alexey untuk menemaninya berjalan-jalan di Roulettenberg. Entah mengapa Granny yang sudah tua tapi keras kepala minta Alexey menemaninya ke Casino. Awalnya Granny hanya menonton orang berjudi. Lama kelamaan dia tertarik untuk berjudi. Dia meminta Alexey mengajarinya berjudi. Granny berjudi dengan keras kepala, dimana dia hanya memasang pada satu nomor secara terus-menerus. Nasihat Alexey untuk lebih hati-hati tak didengarnya. Tak disangka, justru Granny menang besar. Granny makin menggila, memasang segala yang dia punya untuk menang lebih banyak lagi.

Ketika dimabuk kemenangan dengan memasang taruhan di satu nomor saja, Granny lengah. Seharusnya dia mengambil hasil kemenangannya dan pergi. Alih-alih, dia malah mempertaruhkan semua kemenangannya. Granny kalah. Seperti orang kalap, Granny ingin memenangkan kembali apa yang hilang dalam taruhan. Tapi bukannya kembali menang, Granny malah semakin banyak kehilangan uang. Jenderal semakin cemas Granny akan menghabiskan semua hartanya di meja judi sehingga nantinya tidak akan ada lagi harta warisan. Jenderal meminta Alexey menghentikan Granny. Granny tidak menyerah, dia terus menghabiskan uangnya. Akhirnya Granny benar-benar bankrut, tinggal uang untuk pulang ke Rusia yang dia punya. Granny kalah kira-kira 100 ribu rubel.

Kesehatan Granny semakin berkurang karena kekalahan di meja judi yang hanya sehari. Akhirnya dia pulang ke Rusia dengan patah hati, sambil berterima kasih pada Alexey yang telah mengajarinya main judi. Mengetahui Jenderal tidak akan mendapatkan apa-apa dari Granny, Madamoiselle Blanche meninggalkannya. Jenderal sekarang tidak berarti di matanya, dia mencari orang kaya lain untuk dihabiskan hartanya.

Sepulang mengantarkan Granny, Alexey mendapat kunjungan dari Polina. Polina mengungkapkan rahasia bahwa dia tidak bisa mencintai Alexey karena Polina terikat hutang dengan de Grieux. Mendengar hal ini, Alexey bergegas pergi ke Casino dan berjudi, dimana akhirnya dia menang lebih dari 200 ribu rubel dan menjadi orang kaya mendadak. Alexey yang kaya mendadak pulang ke rumah dan bertemu kembali dengan Polina. Ketika itu Polina malah mengungkapkan kalau dia berhubungan dengan Mr. Astley. Polina pergi terburu-buru dan tidak pernah kembali lagi.

Alexey, meskipun menjadi kaya mendadak, menjadi bimbang karena kehilangan pekerjaan dan kehilangan Polina. Pada saat itu, Madamoiselle Blanche, sudah putus dari Jenderal, mendekati Alexey. Blanche mengajaknya pergi ke Paris dan bersenang-senang. Alexey, merasa tidak punya tujuan hidup lagi, setuju untuk pergi bersama Blanche ke Paris dan tinggal bersama. Di Paris, Blanche menghabiskan harta hasil kemenangan Alexey dalam waktu hanya satu bulan saja.

Setelah hartanya habis, Alexey berpisah dengan Blanche. Alexey kemudian berjudi untuk bertahan hidup. Tapi dia tidak pernah menang lagi. Setiap dia mendapat uang, dia habiskan di meja judi. Ketika uangnya habis, dia melakukan pekerjaan kasar apa saja. Uang tidak seberapa yang didapatkan dari bekerja kasar itupun kemudian akan habis di meja judi lagi.

Di akhir cerita, di suatu kota di Jerman, Alexey yang hidup seperti orang jalanan kembali bertemu dengan Mr. Astley. Dia bercerita bahwa Polina sekarang tinggal di Swiss. Mr. Astley memberi sedikit uang kepada Alexey, tapi dia yakin sekali bahwa berapapun yang dia beri pasti akan berakhir di meja judi.

Novel ini adalah dongeng tentang bagaimana roulette menjadi sebuah agama. Semua orang akan gampang terpengaruh padanya, juga gampang menjadi bankrut olehnya, secara finasial maupun sosial. Misteri probabilitas yang menyandera kehidupan kita. Menurut Alexey Ivanovitch, tokoh utama dalam buku ini, Roulette adalah identitas rakyat Rusia. Pilihan antara kerja keras mengumpulkan modal seumur hidup atau menghabiskan uang secara ceroboh di meja judi untuk hidup untuk hari ini. Mungkin bukan hanya bangsa Rusia. Kita sendiri hidup tiap hari di negeri ini tanpa kepastian. Kita sendiri tiap hari sedang berjudi dengan harkat dan martabat kita, sehingga judi sebenarnya sangat dekat dengan nadi kehidupan kita.

Sebuah cerita fiktif yang sangat dalam. Dostoyevsky seperti duduk di sofa dan menjalani terapi psikologi ketika menuliskannya. Segala emosi dan pengingkaran diri terasa sangat nyata. Prosa yang mengalir elegan seperti suangai kecil yang akhirnya berujung ke jeram yang luas dan gemuruh. Sebuah buku yang berharga dari berbagai perspektif dimana kita melihatnya. Menurut saya, buku ini sebuah karya yang sempurna. Tanpa cela.