SPOILER ALERT!


SPOILER ALERT!
Bila Anda serius ingin membaca buku-buku yang saya bahas di bawah ini dan tak ingin ceritanya Anda ketahui sebelum membaca bukunya, sebaiknya Anda meninggalkan website ini dan mengunjunginya kembali setelah selesai membaca. Terima kasih.

Rabu, 22 Desember 2010

The History Of Love - Nicole Krauss

Saya jarang membaca buku dua kali. Menurut saya, itu membuang-buang waktu, sementara banyak sekali buku yang ingin saya baca belum tersentuh. Salah satu buku yang saya baca dua kali adalah buku History of Love tulisan Nicole Krauss. Tentunya ada sesuatu yang istimewa dari buku ini hingga saya melanggar kebiasaan saya sendiri.

Saya teringat pertama kali membacanya tahun 2007, saya terganggu, dan mulai membuat puisi berratus-ratus kata setelahnya. Sekarang saya membacanya lagi karena sudah lupa isinya. Yang saya ingat, saya suka sekali buku ini. Setelah membacanya, saya buru-buru menuliskan kembali review dan plot dari buku ini. Inilah tujuan utama saya membuat website ini dari awal, menuliskan kembali apa yang pernah saya baca agar tidak lupa, sehingga saya tidak perlu membacanya kembali.

Pertama kali atau kedua kali baca, pendapat saya tetap: Nicole Krauss adalah orang yang sangat cerdas dan penulis yang sangat berbakat. Buku yang luar biasa ini ditulis ketika wanita ini berumur 31 tahun, usia emas untuk seorang sastrawan.

Buku ini menurut hemat saya adalah sebuah tribut untuk Kafka. Terlihat sekali pengaruh Franz Kafka dalam buku ini. Buku ini juga sebuah perayaan untuk penulisan sastra. Buku ini merayakan Kafka, Tolstoy, Bruno Schulz. Terlihat bahwa Krauss sangat menghormati Nicanor Parra, penyair, dengan beberapa kali menyebut namanya dalam buku ini. Krauss juga terpengaruh dengan Don Quixote-nya Cervantes, dengan beberapa kali menyebutkan namanya dan dalam badan cerita, buku ini mirip Don Quixote. Buku ini adalah cerita tentang sebuah cerita dalam sebuah buku berjudul The History of Love. Dalam buku Don Quixote, tokohnya, Quixano terlalu sering membaca buku yang seakan nyata.

Beberapa orang mungkin resisten terhadap buku ini, karena buku ini membahas tentang agama Yahudi dan bangsa Israel. Bahkan disana-sini terdapat dipakai abjad Ibrani (Hebrew). Penulisnya memang seorang Yahudi asli (seperti juga Franz Kafka dan Boris Pasternak), jadi sangat wajar kalau dia menulis tentang apa yang dia tahu. Menurut saya, unsur-unsur Yahudi dan bangsa Israel yang kental dalam buku ini tak lebih penting dari penggambaran tentang dekorasi sebuah ruangan. Buku ini tetap imajinatif secara universal, di luar batas-batas peradaban, agama, dan negara.

Buku ini adalah tentang perjalanan sebuah buku berjudul History of Love, dan penulisnya, seorang penulis berbakat tak terkenal bernama Leo Gursky. Tokoh pencerita dalam buku ini berpindah-pindah dengan sangat dinamis dan brilian. Pertama Leo Gursky sendiri. Kedua seorang gadis kecil yang tak ada hubungannya dengan Gursky, hanya saja dia dinamakan berdasarkan tokoh dalam buku tulisan Gursky, yaitu Alma. Ketiga adalah Zvi Litvinoff, teman masa kecil Gursky yang membawa pergi naskahnya ke Chile, dan tak pernah bertemu lagi sejak itu. Ada juga Bird, adik Alma yang suka berniat baik turut campur dalam urusan kakaknya dan orang lain, karena menganggap dirinya adalah seorang nabi Yahudi.

Gursky dalam buku ini diceritakan lahir di Slonim, Polandia. Dia gemar sekali mengarang, beberapa temannya ternyata diam-diam mengakui bakatnya ini. Sebagai kritikus yang membangun, adalah seorang Zvi Litvinoff, teman mudanya yang bekerja di surat kabar sebagai penulis obituari yang selalu menyarankan bagaimana seharusnya Gusky menulis. Gursky menjalin hubungan percintaan dengan seorang gadis bernama Alma. Sebagai memoar atas rasa cintanya ke Alma, dia menulis sebuah buku berjudul Sejarah Cinta (The History of Love).

Buku itu belum sempat diberikan kepada Alma, ketika Alma dibawa pergi oleh ayahnya ke Amerika. Alma tidak sempat memberitahu Leo Gursky bahwa percintaan terakhir mereka telah berbuah janin dalam perutnya. Tak lama kemudian pecah perang dunia kedua. Nazi merangsek maju ke Polandia. Zvi Litvinoff melarikan diri ke Amerika Selatan dengan membawa naskah Sejarah Cinta yang ditipkan Gursky padanya. Sementara itu, Gursky menghundari pembantaian orang Yahudi, melarikan diri dan bersembunyi selama bertahun-tahun di hutan.

Setelah perang selesai. Gursky pergi ke Amerika menjemput Alma, yang ternyata tidak kesampaian karena Alma sudah menikah dengan orang lain. Anak dari Gursky, bernama Isaac, dipelihara oleh bapak tirinya, dan belakangan juga menjadi penulis yang dihormati. Isaac tak pernah tahu ayah aslinya. Patah hati, Gursky memutuskan untuk tidak pernah lagi jatuh cinta dengan orang lain. Dia tinggal di Amerika seorang diri, sembari terus mengawasi anaknya diam-diam, dan mengoleksi buku-buku tulisan anaknya. Ketika usianya semakin tua di Amerika, Gursky bertemu teman masa muda lainnya yang juga penulis berbakat bernama Bruno. Bruno sudah cukup lama tinggal di Amerika, dan ketika istrinya meninggal, dia pindah ke gedung apartemen Gursky. Sejak itu mereka menjadi sahabat dan tetangga yang saling menyemangati untuk terus menulis.

Sementara Zvi Litvinoff akhirnya menetap di Chile, dengan bekerja sebagai buruh, pegawai apotik, sampai belakangan seorang guru. Zvi bermimpi menjadi penulis, tapi dia tak kunjung menghasilkan karya yang bagus. Dia berkenalan dengan Rosa, seorang gadis muda yang tertarik akan intektualitas Zvi yang fasih membahas puisi dan karya sastra. Keduanya akhirnya menikah. Karena merasa tidak percaya diri, Zvi yang merasa tua dan miskin berusaha untuk menulis sebuah buku. Tapi karena tidak berbakat, dia menjiplak karya Gursky, menerjemahkannya ke dalam bahasa Spanyol, kemudian membawanya ke penerbit. Buku Sejarah Cinta akhirnya diterbitkan dalam bahasa Spanyol dengan nama Litvinoff sebagai pengarangnya tanpa diketahui Gursky.

Dalam sebuah tapestry fiksi yang nyaman dan menarik, cerita bergulir sampai akhirnya Gursky mendapatkan kembali naskah Sejarah Cinta. Masing-masing pencerita mempunyai plot suspense sendiri dan unik tiap karakter, baik dalam diksi maupun perspektif. Seperti sidik jari yang rumit dan unik, Krauss harus menggambarkan sidik jari untuk banyak orang.

Leo Gursky adalah orang yang imajinasinya berlebih tanpa mampu dikeluarkan. Dia hidup sendiri sampai tua. Bahkan ketika kekasihnya Alma mati, dia tetap hidup sendiri. Bahkan ketika anaknya Isaac mati, dia tetap hidup sendiri. Ini adalah orang yang luar biasa kesepian. Orang yang sangat kelelahan. Dia sudah mengalami terlalu banyak dalam hidupnya, sampai akhirnya kehilangan batas realitas maupun fiksi. Leo terlihat begitu kesepian sampai temannya adalah suara nuraninya sendiri. Orang yang sendiri dan kesepian tidak bisa tidak selalu berpikir tentang kematian dalam segala cara. Itu juga yang ada di benak Gursky.

Dia tidak ingin mati dalam kesendirian. Dia tahu waktunya semakin dekat. Untuk itu dia selalu menjadi pembuat onar, sekedar mencari perhatian di depan umum, agar dia bisa mati di tempat dia terlihat orang. Gursky menjadi model telanjang untuk para pelukis, agar dia berada di sekeliling orang yang melihatnya. Dia sering berpikir, siapa yang akan terakhir melihatnya hidup. Apakah tukang antar masakan Cina? Ataukan dia mati sendirian di dalam apartemennya sampai tiga hari kemudian baru ditemukan, seperti salah seorang tetangganya? Satu hal yang Leo Gursky lebih khawatir adalah bila pikiran dan imajinasinya mati. Dia penulis yang hebat karena dia bermain-main dengan imajinasinya. Kadang tidak ada batas antara realitas dan imajinasi. Bahkan kadang saya mempunyai kesan bahwa Bruno, sahabat dan tetangganya yang sama-sama tua, adalah tokoh imajinernya sendiri.

Bruno dalam buku ini, meskipun hanya sebagai background, mempunyai peran yang sangat vital. Perlu dicatat, dalam sebuah surat dimana secara implisit Bruno memakai samaran "Jacob Marcus", dia bercerita bahwa dia gemar membaca buku Street of Crocodiles. Street of Crocodiles adalah sebuah karya kumpulan cerpen yang cemerlang dari seorang Yahudi yang pendek umurnya dan mati mengenaskan bernama Bruno Schulz. Imajinasi liar kita bisa berkembang, bahwa Bruni teman Leo adalah Bruno Schulz yang lepas dari jeratan maut dan hidup anonim. Tapi ini imajinasi liar saya, Anda tidak perlu mengikutinya, juga tak perlu berusaha untuk membenarkannya.

Leo Gursky digambarkan sebagai seorang penulis cemerlang yang anonim. Dia telah menulis buku Sejarah Cinta dengan dalam. Disinilah kekuatan Nicole Krauss. Dia menulis buku tentang seseorang tua renta bernama Gursky. Sekaligus juga dia berperan sebagai Gursky untuk menulis masterpiece imajiner berjudul Sejarah Cinta. Krauss seakan menulis dua buku. Dan jika pembaca percaya bahwa Gursky adalah penulis yang hebat, tentunya Krauss jauh lebih hebat, karena dia menciptakan Gursky, dan menulis karya hebat untuk tokoh ciptaannya itu.

Saya sempat terkecoh dengan judulnya. Saya pikir buku dengan judul The History of Love terdengar cukup melankolis. Seperti chicklit yang ringan ber-haha-hihi. Kalau boleh jujur, seorang pengarang pria biasanya akan menghindari menulis buku berjudul The History of Love. Tapi ternyata isinya sangat dalam, sangat berbobot. Buku ini (atau kedua buku ini) ditulis dengan cara yang luar biasa.

Senin, 06 Desember 2010

Anna Karenina - Leo Tolstoy

Saya beruntung punya keluarga kutu buku. Suatu saat ketika saya berada di toko buku bersama istri, saya menunjuk buku Anna Karenina karangan Leo Tolstoy sebagai buku yang ingin saya baca sejak lama. Istri saya malah menaruh kembali buku itu ke rak. Dia bilang saya tidak perlu beli karena di rumah sudah ada.

Sesampainya di rumah, istri saya mulai membongkar-bongkar lemari tua milik mertua saya. Ternyata memang benar dia menemukan buku bekas Anna Karenina milik mertua saya yang sudah lapuk dan menguning. Buku itu terdiri dari 4 jilid, sudah apak dan saya harus sangat hati-hati membalik-balik halamannya karena beberapa kali saya tak sengaja merobeknya. Dalam hati saya bilang, oke, memang Tolstoy adalah penulis tua, dan buku ini ditulis lebih dari seabad yang lalu, tapi kan tidak perlu didramatisir dengan buku yang luntur dan lapuk seperti ini?

Tapi saya memang terlanjur cinta pada buku bekas. Akhirnya buku ini saya bawa kemana-mana sesuai aktifitas saya. Ketika di kereta listrik, saya selalu membuka-bukanya dan menyempatkan membaca beberapa halaman. Beberapa orang yang saya temui menanyakan apakah bukunya sudah 100 tahun. Yang lain menanyakan apakah saya sedang membaca kitab kuning. Ada juga yang bertanya apakah itu buku stensilan.

Buku yang rapuh ini terbitan Indira, cetakan pertama tahun 1985 (Anda lihat, umurnya masih muda, belum ada 100 tahun). ISBN pun belum ada. Yang aneh, model sampulnya adalah aktris lawas Dana Christina (kadang saya teringat film Jaka Sembung bila melihat wajah Dana Christina). Perlu dicatat, buku ini adalah terjemahan yang berani langsung dari bahasa Rusia. Penerjemahnya adalah Koesalah Soebagio Toer, adik sastrawan Pramoedya Ananta Toer.

Terus terang, terjemahan buku ini sulit sekali dibaca. Menurut saya, ada beberapa hal yang menyebabkannya. Antara lain, Rusia adalah bangsa yang rumit dengan bahasa yang rumit pula. Penerjemahan kontekstual seringkali susah dilakukan karena perbedaan konsep dan cara berpikir. Yang kedua, teks ini terbit pertama kali 1878, artinya teks yang sudah cukup tua. Cara berpikir orang kuno berbeda dengan cara berpikir orang sekarang. Itu yang menyebabkan kadang tidak mengenanya referensi kata-kata, mungkin karena adanya jurang referensi. Tambahan lagi, proses editing yang buruk yang semakin menyulitkan. Pada tahun 1985, pasti komputer pengolah kata belum populer. Semuanya mungkin dilakukan secara manual, sehingga banyak kesalahan yang membingungkan. Kemungkinan besar editor mengolah teks dari penerjemah dalam tulisan tangan, siapa tahu? Salah satu kebiasaan aneh Koesalah dalam menerjemahkan buku ini adalah memakai kata "Ya Allah!" atau "Masya Allah!", seakan-akan Rusia saat itu adalah negara muslim.

Buku ini adalah buku yang susah untuk dibaca bagi saya. Semoga edisi mutakhir yang ada sekarang tidak sesulit ini. Saya memilih cara yang susah untuk "belajar" tentang Tolstoy, saya akui. Tapi biarlah. Seingat saya, tak pernah dengan mudah saya mencerna sastra Rusia. Saya ingat membaca Dostoyevsky dan Chekov dan menemui masalah yang sama.

Rusia memiliki kebudayaan yang rumit, dan mereka mencintai kerumitan itu. Mereka terkenal sebagai penyumbang kerumitan pemikiran di dunia, bahkan sampai sekarang pun mereka susah untuk dipahami. Dalam novel Tolstoy ini digambarkan bahwa masyarakat Rusia menyukai debat. Bahkan mereka meluangkan waktu santai mereka untuk berdebat, sehingga boleh dikatakan debat menjadi rekreasi. Mereka mempunyai kecenderungan untuk idealis dan kadang senang berada di garis keras. Mereka juga merasa minder dengan budaya Eropa yang lain, sehingga orang Rusia sering memakai bahasa Inggris dan (terutama) Perancis yang mereka anggap lebih mulia dari bahasanya sendiri. Rusia pra Sovyet merupakan masyarakat yang sangat berlapis-lapis dengan tingkatan sosial yang sangat rumit, akibat aristokrasi yang seperti gurita. Termasuk Tolstoy, dia juga suka ber-"rumit-rumit". Tapi dia sendiri sebenarnya menggambarkan kondisi sosial yang memang sudah rumit, sehingga pembaca akan mendapatkan gambaran besar. Salah satu contoh kerumitan yang dipakai Tolstoy adalah penggunaan nama alias untuk tokoh-tokohnya yang kadang lebih dari 3 nama. Anna Karenina adalah tokoh protagonis yang sebenarnya bernama Anna Arkadyevna. Dia bersuamikan Aleksei Aleksandrovic Karenin, sehingga dia disebut sebagai Anna Karenina. Anna jatuh cinta pada Vronskii. Anna punya kakak yang bernama Stepan Arkadic yang mempunyai nama keluarga Oblonskii, yang biasa dipanggil dengan nama Stiva. Stiva mempunyai istri bernama Dolly, yang nama aslinya adalah Darya Aleksandrovna, yang karena menikah dengan keluarga Oblonskii, menjadi menyandang nama Oblonskaya. Teman Stiva yang bernama Levin, memiliki nama asli Dimitri Levin, dimana dia dipanggil Konstantin oleh para pekerjanya, dan mempunyai alias sebagai Kostya. Tolstoy bahkan masih menantang kerumitan itu, seakan dia merasa masih belum cukup tantangan yang dia hadapi. Dia memberikan nama panggilan sama untuk suami dan kekasih gelap Anna, yaitu sama-sama Aleksei. Tolstoy adalah tipikal orang Rusia yang pemberani.

Bukunya sangat tebal, karena tadinya novel ini ditulis sebagai cerita bersambung di majalah. Plotnya sebenarnya simpel, tapi sangat panjang. Kisah yang ditutrkan disini adalah mengenai kehidupan aristokrasi di Rusia yang rumit, bertingkat, dan penuh hipokrasi. Dalam buku ini dikisahkan tokoh paralel, yaitu Anna Karenina dan Konstantin Levin. Anna Karenina adalah seorang wanita cantik dan sangat berkharisma, istri dari Aleksei Aleksandrovic, yang mempunyai seorang anak laki-laki di St. Petersburg. Suatu saat dia mendengar bahwa perkawinan saudaranya Stiva dengan Dolly sedang terancam karena kegemaran Stiva berselingkuh. Dolly ingin bercerai dari Stiva. Akhirnya Anna mengunjungi mereka di Moskow, dengan tujuan untuk mendamaikan mereka.

Pada saat yang bersamaan, Levin, teman lama dari Stiva, juga berkunjung ke Moskow dengan tujuan untuk melamar adik dari Dolly, Katerina Aleksandrovna dari keluarga Scerbatskii, yang lebih sering dipanggil Kitty (nama Inggris, seperti kakaknya "Dolly"). Yang tak diketahui Levin adalah bahwa hari itu akan diadakan pesta dansa dan pertunangan Kitty dengan seorang perwira muda tampan bernama Vronskii. Karena Kitty sudah memilih Vronskii, lamaran Levin ditolak. Levin sakit hati sehingga dia kembali ke desanya dan menyibukkan diri dengan pertaniannya, meskipun telah dibujuk Stiva untuk hadir dalam pesta dansa. Stiva, mendengar kakaknya berniat datang, menjemput Anna di stasiun kereta. Stiva bertemu dengan Vronskii di stasiun yang menjemput ibunya untuk hadir dalam pesta dansa. Di stasiun itulah Vronskii bertemu dengan Anna untuk pertama kali dan jatuh cinta. Anna yang berhasil mendamaikan Dolly dan Stiva, diundang ke pesta dansa.

Di pesta dansa, Kitty justru diabaikan oleh oleh Vronskii. Vronskii mengejar Anna Karenina mati-matian. Kitty patah hati oleh perilaku Vronskii, dan seketika itu jatuh sakit. Ketika Anna pulang ke St. Petersburg, Vronskii menumpang kereta yang sama membuntuti Anna. Ketika Anna disambut suaminya di St. Petersburg, Vronskii secara berani muncul memperkenalkan diri. Aleksei Aleksandrovic tidak suka dengan kekurangajaran Vronskii. Vronskii terus-menerus mengejar Anna, terutama melalu perantaraan masyarakat sosialita aristokrat St. Petersburg. Anna akhirnya bertekuk lutut di depan remaja tampan yang mempunyai karir cemerlang itu. Hasil hubungan gelap itu adalah Anna mengandung anak Vronskii. Anna akhirnya mengaku percintaannya dengan Vronskii kepada suaminya, dan memintanya untuk menceraikannya. Suami Anna menolak, dan ini membuat Vronskii makin tidak punya harapan untuk melanjutkan hubungannya. Dia merasa tertekan dan menembak dirinya sendiri. Beruntung, Vronskii tidak mati.

Ketika anak Anna yang kedua lahir, Anna dan Vronskii kemudian melarikan diri. Pertama ke Italia, terus kembali ke St. Petersburg, kemudian menyepi di desa. Sementara di pedesaan, Stiva kembali menjodohkan Levin dengan Kitty. Keduanya akhirnya berbaikan dan menikah dengan bahagia. Kitty belakangan melahirkan seorang anak dari Levin.

Sementara Anna dan Vronskii jauh dari bahagia. Anna belum bercerai, sehingga dia merasa menjadi sampah masyarakat dengan menjadi kekasih Vronskii. Dia tidak bisa bertemu anak pertama yang dicintainya karena dilarang oleh suaminya. Sedangkan anak keduanya yang juga bernama Anna dari Vronskii, dia tidak bisa mencintai. Vronskii terpaksa keluar dari militer, dia juga terbelit utang. Anna semakin frustrasi dan menjadi sangat pencemburu. Mereka bertengkar di setiap kesempatan, kebanyakan hanya karena prasangka, atau juga ketidakpuasan akan hidup yang mereka jalani. Anna menjadio paranoid, kehilangan kehidupan lamanya, sekaligus ketakutan kehilangan Vronskii. Pada suatu kesempatan, dimana otaknya dipenuhi pikiran-pikiran buruk tentang Vronskii, dia melompat ke depan kereta api yang sedang berjalan. Anna mati dengan tragis.

Tolstoy menggunakan teknik penceritaan yangbaru pada masa itu, yaitu metode "stream of conciousness". Teknik ini sering disebut sebagai monolog, karena kita mendengar sang tokoh berpikir dalam kepalanya. Teknik ini sekarang memang tidak baru lagi, kita sering melihat di sinetron-sinetron murahan, tokohnya berbicara dengan dirinya sendiri. Misalkan, seorang tokoh dalam sinetron tiba-tiba berbicara dengan dirinya sendiri, "Aku benci sama si Fitri! Dasar pembohong! Aku akan membunuh dia!" Teknik ini memang terkesan murahan dipakai di televisi, tapi kita dapat mendengar pikiran terdalam dan pergulatan pemikiran dari sang tokoh. Dalam film, monolog itu tidak realistis karena jarang sekali ada orang ngomong dengan dirinya sendiri.

Tolstoy sangat piawai memakai teknik ini. Pergulatan pemikiran tokohnya digambarkan sangat deras, sehingga kita tercekat ketika Anna memutuskan untuk bunuh diri. Dalam buku ini kita bisa mengikuti bagaimana pikiran seseorang yang tertekan dan akan membunuh dirinya. Ini bukti bahwa Leo Tolstoy adalah seorang psikolog yang natural. Dia juga mengungkapkan pikiran-pikirannya sendiri melalui perglatan pemikiran Levin. Levin adalah penggambaran dari diri Tolstoy sendiri. Panggilan kecil Tolstoy sendiri adalah Lev. Levin adalah tokoh yang idealis, keras kepala, pencemburu, tapi jernih memandang segala hal. Dalam buku ini kita bisa memetakan pemikiran Tolstoy dengan mendengarkan kata hati Levin, antara lain mengenai sosialisme, aristokrasi, budaya dan tradisi, modernisme, nasionalisme dan humanisme.

Banyak orang salah mengartikan novel Tolstoy ini menurut saya. Anna Karenina sering disalahpahami. Apabila Anda mengharapkan sebuah kisah cinta klasik yang romantis seperti Romeo dan Juliet atau Sam Pek Engtay, Anda salah besar. Novel ini menggambarkan cinta yang begitu dalam, saking dalamnya sampai begitu kotor. Buku ini menceritakan tentang hipokrisi kaum bangsawan yang menolak cinta tapi mengagungkan nafsu. Anna Karenina begitu mencintai seseorang sampai menusuk tulang. Cintanya sangat tulus. Tapi dirinya dianggap begitu kotor di masyarakat. Dia sendiripun menganggap dirinya kotor, hanya karena dia jatuh cinta.

Suaminya tidak akan memaafkannya. Dia kehilangan anaknya. Dia mencintai Vronskii begitu dalam, dengan mengorbankan segalanya. Tapi Vronskii adalah orang yang tidak layak dicintai, menurut saya. Vronskii mempermainkan Kitty. Vronskii juga bukan perwira militer yang tekun. Dia senang berpesta, kemudian akhirnya keluar dari ketentaraan. Dia sangat mengandalkan uang dari ibunya yang kaya untuk hidup sehari-hari. Di bagian akhir, dia malah menunjukkan sifat pengecutnya, dengan berpikir bahwa dia membuat kesalahan dengan menjalin hubungan dengan Anna. Kisah cinta sejati yang romantis justru bukan antara Anna dan Vronskii. Kita dapat menemui kisah cinta romantis antara Kitty dan Levin. Novel ini menurut banyak sastrawan adalah novel terbaik. Novel ini mempengaruhi penulis-penulis seperti Dostoyevsky, Woolf, Faulkner, dan lain-lain. Menurut saya, novel ini sangat berharga. Buku yang berlapis-lapis, kaya di segala dimensi.