SPOILER ALERT!


SPOILER ALERT!
Bila Anda serius ingin membaca buku-buku yang saya bahas di bawah ini dan tak ingin ceritanya Anda ketahui sebelum membaca bukunya, sebaiknya Anda meninggalkan website ini dan mengunjunginya kembali setelah selesai membaca. Terima kasih.

Senin, 20 September 2010

No Country For Old Men - Cormac McCarthy

Ketika selesai membaca, saya membolak-balik lagi halaman-halaman dalam buku ini. Apakah saya melewatkan beberapa halaman? Ataukah buku saya tidak lengkap? Apakah ada yang salah dalam terjemahannya? Lalu saya download audio book-nya dalam bahasa Inggris. Saya membaca lagi (sebenarnya mendengarkan) bab yang membingungkan. Bahkan saya sampai menyewa filmnya untuk melihat di bagian mana saya kelewatan membaca.


Ternyata tidak ada yang salah dengan halaman buku saya dan terjemahannya. Bahkan terjemahan ke dalam bahasa Indonesia-nya excellent, dua jempol saya untuk penerjemah.


Buku ini memang tidak mudah untuk dibaca. Baik dari plotnya yang berbelok 180 derajat, maupun dari gaya penulisannya. Gaya penulisannya membuat kita harus beradaptasi sebentar untuk bisa menikmatinya. Seperti tiba-tiba kita berada di daerah yang gelap, perlu beberapa waktu agar mata kita bisa beradaptasi dan bisa melihat sekeliling. Setelah itu, novel ini akan sangat menarik dan membawa pikiran Anda lepas dari badan Anda, menerawang ke gurun-gurun Texas. Bau debu yang sangat terasa, pengejaran yang mematikan dan membuat Anda menahan napas, dan kebingungan yang luar biasa di daerah yang asing.


Tidak diragukan lagi, buku ini memang punya kualitas film. Cepat atau lambat akan ada orang yang mengangkatnya ke layar lebar. Beberapa bab membacanya, Anda pasti sependapat dengan saya, bahkan mungkin mulai memilih kasting yang cocok untuk pemerannya. Dan memang benar, film No Country For Old Men sudah dirilis tahun 2007 oleh sutradara bersaudara Joel dan Ethan Coen.


Aksi laga dalam buku ini lumayan menegangkan. Tapi Anda akan merasa terkecoh bila Anda menaruh perhatian berlebihan pada aksi laga. Novel ini menceritakan tiga tokoh berbeda yang saling berkaitan, meskipun jarang, bahkan tidak pernah bertemu.


Llywellyn Moss, pemuda kampung Terrel County, sedang berburu di gurun di Texas, dekat perbatasan. Tanpa sengaja, dia menemukan bekas pertempuran antar pedagang obat bius. Dia menemukan beberapa mobil dengan beberapa mayat yang terbunuh. Satu orang yang berkebangsaan Mexico ternyata masih hidup dan dia juga menemukan satu mobil penuh dengan kokain. Dia meninggalkan orang Mexico yang sekarat itu setelah mengambil senjata apinya.


Llewellyn Moss menemukan jejak darah menuju ke suatu tempat lain. Di pepohonan yang cukup jauh dari situ, dia menemukan lagi sebuah mobil dan seorang Mexico lagi yang terbunuh. Mayat yang terakhir ini memegang koper berisi uang sejumlah 2 juta dollar. Llewellyn membawa pulang uang tersebut.


Anton Chigurh adalah seorang pembunuh sosiopat bayaran berdarah dingin. Dia ditugaskan oleh salah satu pihak yang bertempur di gurun tersebut untuk mendapatkan uangnya kembali, sejumlah 2 juta dollar. Chigurh sangat profesional dalam menjalankan pekerjaannya, dan dia tidak punya perasaan kasihan dalam membunuh.  Dia kadang mengurungkan niatnya membunuh seseorang hanya dengan tebak-tebakan melempar koin, salah menebak gambar koin berarti Chigurh akan membunuhmu.


Llewellyn Moss melarikan diri membawa uang 2 juta dollar, dan Chigurh selalu saja berhasil mengejarnya, berada satu langkah tepat dibelakangnya. Nyawa istri Moss, Carla Jean, juga terancam, karena Chigurh akan membunuhnya pula apabila istri yang diungsikannya ke Odessa itu tahu posisi Moss.


Tinggallah seorang Sheriff tua Ed Tom Bell yang berusaha untuk menolong Llewellyn dan Carla Jean, tapi selalu ketinggalan. Sheriff Bell berusaha sekuat tenaga menuntaskan kasus perang antar gang narkoba itu, dan berusaha mengejar Llewellyn dan menemui Carla Jean untuk berusaha menyelamatkannya. Akan tetapi mayat tetap berjatuhan karena Chigurh membunuh setiap orang yang menghalanginya dan Llewellyn Moss yang sendirian juga tak kalah sengit melakukan perlawanan.


Disinilah mungkin saya terlewat, karena saya meremehkan tokoh Sheriff Ed Tom Bell. Dia mempunyai dunia sendiri, sebagaimana Anton Chigurh dan Llewellyn Moss. Dia adalah pemilik sejati novel ini. Bahkan dia pula yang memberi judul novel ini "No Country for Old Men". Novel ini adalah tentang kegamangan dia dalam menghadapi gelombang kejahatan yang semakin canggih, semakin berani, dan semakin kejam. Dia merasa sudah terlalu tua untuk menegakkan hukum.


Cormac McCarthy sangat piawai dalam menulis berbagai tokoh. Seperti seorang aktor handal, dia berpindah-pindah set, menguasainya, dan memukau penonton dimanapun. Dia memasak di beberapa dapur sekaligus, dan menghasilkan beberapa masakan yang semuanya bercita rasa tinggi.


Kunci dari membaca novel ini adalah: lupakan plot. Jangan biarkan pikiran Anda mendikte jalan cerita novel ini. Setiap pembaca atau pemirsa cenderung mempunyai keinginan bagaimana sebuah cerita harus berjalan. Harusnya sang pangeran dan putri hidup bahagia selamanya. Atau harusnya perang berakhir dan dunia damai sejahtera. Lupakan dulu. Mari berbicara tentang individu sebagai personality yang unik dan kompleks.


Itulah kenapa, agak janggal bila Anda hanya menonton filmnya tanpa membaca bukunya. Anda akan terlewatkan prosa-prosa yang notabene merupakan argumen sang pengarang, mengenai sebuah topik, yaitu: No Country for Old Men. Tetapi filmnya sendiri juga cukup bagus menurut saya. Film yang sangat lugas dan sunyi, saking sunyinya saya bahkan seakan bisa mendengar pikiran tokoh-tokohnya berbicara. Awalnya saya tidak berniat menonton filmnya apabila saya dapat mencerna bukunya dengan mudah. Ternyata, saya menyukai filmnya. Dan saya juga baru tahu dari sampul DVD-nya, film ini memperoleh penghargaan Oscar sebagai film terbaik dan sutradara terbaik tahun 2008. Lumayan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar