SPOILER ALERT!


SPOILER ALERT!
Bila Anda serius ingin membaca buku-buku yang saya bahas di bawah ini dan tak ingin ceritanya Anda ketahui sebelum membaca bukunya, sebaiknya Anda meninggalkan website ini dan mengunjunginya kembali setelah selesai membaca. Terima kasih.

Kamis, 30 September 2010

Madame Bovary - Gustave Flaubert

Sesungguhnya buku ini dianggap sebagai novel terbaik yang pernah ada. Ada juga yang menganggapnya sebagai novel yang sempurna. Saya membacanya karena saya didera romantisme untuk mengumpulkan karya penulis klasik terbaik Prancis: Victor Hugo, Alexandre Dumas, dan Gustave Flaubert yang kondang itu. Tentu saja harapan saya melambung tinggi akan buku ini. Tapi ketika membaca sepanjang buku, saya mengerutkan kening, tidak mengerti mengapa buku ini disebut buku terbaik.

Madame Bovary adalah cerita tentang perselingkuhan seorang wanita. Ditulis oleh Gustave Flaubert tahun 1856, cerita ini awalnya diterbitkan secara bersambung di sebuah surat kabar. Cerita tentang perselingkuhan seorang ibu rumah tangga dan penggambaran adegan percintaan yang terlarang dalam buku ini membuatnya menghadapi tuntutan pengadilan dengan tuduhan ketidaksenonohan dan tidak bermoral. Flaubert akhirnya bebas dari tuduhan dan bukunya menjadi terkenal di masa itu.

Dalam cerita tersebut, tersebutlah seorang dokter yang biasa-biasa saja bernama Charles Bovary. Ibunya berharap Bovary sukses, dengan menyekolahkannya menjadi dokter, dan setelah lulus mencarikan istri yang tepat untuknya. Dia dinikahkan dengan Madame Dubuc, seorang janda berumur 45 tahun yang tidak menarik tapi berpenghasilan lumayan.

Pada suatu hari Charles Bovary mengobati seorang petani kaya yang retak kaki bernama Monsieur Rouault. Rouault akhirnya sembuh dan merasa berhutang budi kepada Bovary. Monsieur Rouault mempunyai anak gadis yang sangat cantik bernama Emma. Karena seringnya Charles mengunjungi rumah Rouault, istrinya cemburu karena mengira Charles mengejar gadis itu. Charles Bovary adalah seorang yang polos dan kaku, dia tidak mungkin berani untuk mengkhianati istrinya, meski dia tertarik kepada Emma. Namun tak berapa lama, istri Charles meninggal.

Charles Bovary terpukul atas kehilangan istrinya. Kenalan-kenalannya berusaha menghiburnya, terutama Monsieur Rouault. Rouault melihat ketertarikan Charles pada Emma (walaupun selalu disangkal sendiri), dan akhirnya menawarkan Charles untuk dinikahkan dengan anak gadisnya tersebut. Charles setuju, dan akhirnya Charles dan Emma menikah. Charles bahagia sekali mempunyai istri secantik Emma. Emma sendiri, dalam hatinya tidak mengetahui apakah dia benar-benar mencintai Charles. Dia kerap kesal dengan sikap Charles yang tidak romantis, tidak peka, dan kikuk. Emma gemar membaca novel-novel. Dia menginginkan romantisme yang ada di novel tersebut terjadi padanya. Dia ingin merasakan percintaan yang membara, keliling dunia, berpesta dan bersenang-senang. Namun impian itu pupus setelah dia menikah dengan Charles, dan kemudian hamil.

Ketika Emma mulai tidak terlihat puas dengan kehidupan mereka, Charles mengajak mereka pindah ke kota yang lebih besar, yaitu Yonville, dekat kota besar Normandia, Rouen. Charles pikir Emma akan semakin gembira karena dia selalu bermimpi tinggal di kota besar yang ramai dan serba ada. Di Yonville juga akhirnya Emma melahirkan seorang anak perempuan.

Di kota baru itu mereka berteman dengan pemuka-pemuka masyarakat. Salah satunya adalah Leon Dupuis, seorang pemuda yang bekerja pada notaris kota. Leon menjadi berteman dengan Emma, karena ternyata mereka sama-sama memiliki kesamaan pengetahuan, minat bacaan, dan memainkan musik. Karena pertemanan menjadi dekat, mereka akhirnya jatuh hati, tapi tidak berani untuk saling mengungkapkan. Merasa bersalah dan tersiksa atas rindunya kepada Emma, Leon pindah ke Paris untuk melanjutkan sekolah hukum. Emma dalam hati menangisi kepergian Leon dan menyesali kenapa dia tidak pernah memadu cinta dengannya. Sementara Charles tidak menyadari hubungan emosional antara kedua orang ini.

Sepeninggal Leon, Emma kembali merasa tidak puas akan kehidupan rumah tangganya yang datar. Suatu saat, Charles mengenalkannya dengan Rodolphe Boulanger, seorang juragan pertanian dan tuan tanah yang mata keranjang. Rodolphe terpesona dengan kecantikan Emma, akhirnya memutuskan untuk mengejar Emma dengan cara apapun, meskipun dia sudah banyak memiliki wanita simpanan.

Rodolphe merayu dan memaksa Emma dengan gigih. Awalnya Emma menolaknya karena tidak punya hati terhadap Rodolphe. Tapi Rodolphe sungguh licin, akhirnya Emma bertekuk lutut kepadanya. Mereka menjalin cinta dan semakin bergelora tiap hari. Setiap ada waktu luang, mereka luangkan untuk bertemu dan bercinta di tempat yang sudah disepakati sebelumnya. Lama-kelamaan hubungan cinta mereka semakin terang-terangan, namun Charles tetap tidak menyadari. Dia masih menganggap Rodolphe pria terhormat dimatanya, dan menyanjung tinggi istrinya lebih dari siapapun. Emma memberikan semuanya untuk Rodolphe. Dia jatuh cinta dalam sekali kepada Rodolphe, namun Rodolphe tidak berminat untuk serius. Emma berhutang banyak barang untuk diberikan kepada Rodolphe sebagai tanda cinta, tentunya tanpa sepengetahuan suaminya. Emma juga merencanakan mereka berdua untuk melarikan diri dari kota itu dan pergi ke Paris. Takut akan keseriusan Emma, Rodolphe justru melarikan diri sendirian, memutuskan cintanya dengan Emma melalui sepucuk surat.

Emma Bovary sangat terpukul karena diputuskan cintanya yang menggebu-gebu. Dia menjadi depresi dan jatuh sakit. Suaminya cemas setengah mati akan keadaan istrinya. Emma mencoba bunuh diri, tetapi gagal. Bagaimanapun, suaminya tetap merawat dia sampai sembuh dan normal kembali. Suatu saat, untuk menghibur istrinya yang depresi, Charles membawanya ke kota Rouen untuk menonton opera. Emma menyukai opera, akan tetapi ada hal yang lebih disukainya disitu: mereka bertemu dengan Leon Dupuis, yang telah selesai sekolah dan bekerja di Rouen. Leon ingin mereka tinggal sehari lagi di kota itu, tapi san dokter mengeluh tidak bisa karena kesibukannya. Akhirnya Charles mengusulkan Emma untuk tinggal di Rouen sehari lagi, ditemani Leon yang sudah dianggap teman baik mereka, sementara dia sendiri pulang ke Yonville. Leon bersuka cita dalam hati mendengar hal ini.

Sepeninggal Charles di Rouen, Emma berniat untuk benar-benar tidak memulai perselingkuhan lagi. Dia memutuskan untuk menolak cinta Leon apabila dia berani menyatakannya. Ternyata Leon membawanya ke taksi kereta yang tertutup keliling kota, dan disana Emma sekali lagi takluk oleh cinta Leon. Mereka bercinta tanpa bisa dihindari di dalam kereta taksi tersebut, berkeliling kota. Perselingkuhan Emma Bovary kembali dimulai, dan sekali lagi Charles Bovary tidak menyadari sama sekali.

Emma menjadi lebih sering pergi ke kota Rouen dengan alasan untuk mengambil kursus piano. Charles heran, mengapa kursus piano sampai sejauh itu. Toh dia tetap merelakan, bahkan membiayai kursus bohong itu. Leon dan Emma selalu menyewa kamar hotel yang sama di Rouen. Semakin lama, kehidupan percintaan mereka semakin liar. Leon bahkan mulai mengabaikan pekerjaannya hanya untuk bertemu Emma. Emma juga berhutang semakin banyak kepada rentenir, karena hubungan jarak jauh untuk bersenang-senang itu memerlukan biaya yang banyak. Dia memakai uang hasil kerja suaminya dari para pasiennya, dan tetap dia berhutang tanpa sepengetahuan suami. Emma bahkan menggadaikan rumah warisan ayah Charles tanpa sepengetahuannya. Tanpa memikirkan bagaimana harus membayar, Emma semakin dalam terbelit hutang. Sampai pada suatu saat, pihak penjamin berniat untuk menyita rumah dan semua hartanya dan suaminya. Charles bingung dengan kedatangan sang juru sita. Emma panik. Dia meminta tolong Leon untuk mencarikan pinjaman, tetapi gagal. Dia bahkan meminta Leon untuk mengambil uang kantornya, tapi Leon menolak.

Emma berusaha menegosiasi ulang utangnya kepada sang lintah darat dengan cara merayunya. Tetapi ternyata sang rentenir lebih suka uang daripada rayuannya. Emma minta tolong kepada notaris Yonville, tapi Emma menolak waktu sang notaris "menggerayangi" Emma. Kemudian Emma kembali mencari Rodolphe, kekasih lamanya. Rodolphe menolak membantunya meskipun Emma memohon-mohon.

Akhirnya Emma bunuh diri dengan meminum racun. Charles Bovary yang panik berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan istrinya, tapi gagal. Emma tersenyum kepada Charles dan menghembuskan napas terakhir. Sepeninggal istrinya, Charles patah hati. Dia sangat menyayangi istrinya yang cantik, cerdas, dan aktif. Dia sangat mengagumi istrinya. Charles sering duduk sendiri di lantai atas rumahnya, tempat Emma biasa menyendiri. Disana dia menemukan surat-surat cinta Rodolphe dan Leon kepada Emma. Charles makin patah hati dan sering menyendiri, mengabaikan praktek kedokterannya. Akhirnya kesehatannya mulai menurun, dan dia meninggal dunia, meninggalkan anaknya yang hidup sengsara sebagai yatim piatu.

Sesungguhnya Madame Bovary adalah roman metropolitan dalam arti sebenarnya, yang ditulis lebih dari seabad yang lalu. Masa itu adalah masa beralihnya kekuasaan dari para bangsawan yang bebas dan hedonis ke kaum borjuis kelas menengah yang munafik, penghotbah moral, tapi korup. Tokoh-tokoh yang ada di kota Yonville menggambarkan hal itu: Emma sendiri, Rodolphe, Leon, sang rentenir, sang apoteker, sang notaris, dan lain-lain. Temanya sendiri adalah perselingkuhan seorang ibu rumah tangga pada abad tersebut. Anda bayangkan, betapa karya ini sangat menggegerkan dunia. Sebuah karya yang berani blak-blakan menyinggung banyak orang konservatif. Tetapi di masa sekarang, seperti saya membacanya, tidak terasa gregetnya saking sudah biasanya.

Tapi saya mempunyai pendapat sendiri mengenai bagaimana seharusnya sebuah karya sastra. Menurut saya, sebuah karya sastra yang baik harusnya tidak ahistoris, dia harus berkaitan dengan suatu masa dalam suatu entitas sosial. Dia memotret realitas sosial dan hubungannya dengan karakter. Bila saya membaca sebuah novel tentang si A yang mencintai si B, tapi si B mencintai si C, kemudian si A menghajar si C dan seterusnya, novel itu menjadi ahistoris bila tidak ada kaitan dengan realitas sosial tertentu dalam masa tertentu. Cerita itu menjadi dongeng sambil lalu, tanpa ada keterkaitan sosial dan emosional dengan apapun, dan akan terlupakan beberapa saat kemudian. Coba tengok misalkan buku Love In The Time Cholera, sebuah kisah percintaan yang menggambarkan keseluruhan realitas historis, yang membuatnya bermakna sangat dalam. Atau bahkan Bumi Manusia, mengenai kisah cinta antara Minke dan Annelies. Begitu pula Madame Bovary, yang secara tersirat menggambarkan kepribadian dan moralitas yang berkarat pada masa itu. Buku ini adalah sebuah potret, dan ini berharga. Buku ini menohok para pembacanya dulu, untuk itulah buku ini menjadi lebih berharga.

Flaubert bukan seorang feminis, bahkan konon dia terkena sipilis karena petualangan seksnya yang liar. Tapi karena membicarakan "bagian hitam" dari seorang wanita, maka buku ini (tak perlu disengaja) menjadi bahan diskusi feminisme. Flaubert menulis buku ini dengan sangat meyakinkan seolah dia adalah perempuan. Ternyata, perempuan juga kadang memiliki kecenderungan poligami, sama dengan laki-laki. Mereka membutuhkan keluarga yang normal, aman dan stabil, tapi siapa bilang mereka tidak menginginkan petualangan percintaan yang berapi-api sepanjang hidupnya? Saya mohon maaf, saya tidak bisa berbicara mewakili semua wanita. Saya hanya berusaha mewakili Emma Bovary. Manusia tidak seperti Mimi dan Mintuna yang cepat sekali dipuaskan. Manusia selalu memiliki keinginan lebih dan lebih banyak lagi, baik keinginan akan cinta, harta, kekuasaan, atau sekedar pengakuan eksistensi.

Meskipun begitu, nature dan konsekuensi yang diterima perempuan dalam hasrat poligami sangat berbeda dengan laki-laki. Laki-laki bisa melakukan poligami tanpa rasa bersalah, masyarakat masih memakluminya, bahkan dapat melakukan beberapa hubungan cinta sekaligus tanpa ikatan, tanpa emosi, bahkan tanpa cinta. Perempuan cenderung menyerahkan semua emosinya ke hubungan percintaannya yang terlarang, dan mematikan rasionya. Wanita berselingkuh dengan menyerahkan seluruh hatinya, sedangkan pria bisa berselingkuh hanya untuk bersenang-senang. Memang dua-duanya bisa berakhir tragis, tapi permakluman laki-laki yang selingkuh lebih besar daripada bila perempuan yang melakukannya.

Dalam sebuah buku lain yang juga sedang saya baca, saya menemukan kutipan Virginia Woolf yang menulis, "Seluruh hidup seorang perempuan jatuh dalam bayangan sebuah pedang." Maksudnya, di satu sisi pedang adalah ketentuan, tradisi dalam masyarakat, dan perintah-perintah, dimana semua "benar". Tapi di sisi yang berseberangan dari pedang itu, adalah gagasan gila seorang perempuan untuk memilih hidup yang tidak mengikuti ketentuan. Di sisi ini, menurut Woolf, mungkin perempuan mendapatkan kehidupan yang menarik, tapi jalan ini beresiko bagi seorang perempuan untuk kehilangan segalanya.

Seandainya saya seorang perempuan, mungkin saya lebih mengerti akan buku yang feminin ini. Oh tidak, ada yang lebih baik: seandainya Madame Bovary seorang laki-laki...

7 komentar:

  1. Bahkan gue yg cewek pun tidak mengerti ke-feminin-an buku ini, dan Emma Bovary adalah cewek tergoblok dalam buku yang pernah gue temui. Cerdas dari mana??? Sejak pertengahan cerita sampai dengan akhir buku gue gregetan pengen jitak palanya...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sama,udah dapat suami yang baiknya minta ampun masih aja gak bersukur

      Hapus
  2. hahaha... bener ndra. sama, bikin geregetan. bukan hanya emma, tapi juga charles dan leon.
    tapi memang apa yang bisa dikata? setinggi-tingginya iq mereka, kejadian-kejadian itu akan tidak terelakkan, tetap akan terjadi juga. ini adalah pertanyaan-pertanyaan mendasar manusia: "kapankah yang cukup itu cukup?"
    "apakah cinta itu?"
    "apa tujuan hidup kita? menjadi ibu/kepala rumah tangga? menjadi dokter?menjadi bebas?"
    hal-hal seperti itu tidak bisa kita nalar, karena keterbatasan pikiran kita. untuk itu, ini absurditas. manusia berusaha mencari arti hidupnya, tapi tidak kunjung menemui arti hidupnya. apa yang kita cari bukanlah apa yang kita butuhkan.
    mau jadi apa si emma itu? gak ngerti gw. si charles? sama. semuanya kok serba salah?
    emma mengejar yang absurd, untuk itu dia memiliki kecenderungan self-destruct yang tinggi.
    gw inget guru sosiologi dulu nerangin tentang komunikasi massa, ndra. komunikasi massa itu menyebarkan virus yang dinamakan informasi. informasi itu membuat orang semakin banyak mengetahui. sama seperti madam bovary yang lebih banyak membaca buku dibanding orang lain.
    tapi semakin banyak kita mengetahui, kata guruku dulu, bukannya selalu bagus. informasi membuat ekspektasi kita naik (the rise of expectation). tapi kadang ekspektasi yang naik tidak sesuai dengan kondisi yang ada di sekitar kita, kemudian menimbulkan naiknya frustrasi kita (the rise of frustration). disinilah kita mulai menghancurkan orang lain dan diri sendiri. seperti emma.
    semoga ini tidak membuat elu berhenti membaca buku ya ndra. kalau pengen jitak, jitak2-in aja uda di sebelah elu, hahaha....

    BalasHapus
  3. Di youtube filmnya mantappp hahaha. Lumayan utk selingan mata di kala siang pas suami kerja.

    BalasHapus
  4. Blog tentang buku yang menarik............. semoga terus berkembang... Saya ingin berbagi wawancara dengan Victor Hugo (imajiner) di https://stenote-berkata.blogspot.com/2018/07/wawancara-dengan-victor_87.html

    BalasHapus
  5. Madame Bovary bukan semata-mata mengenai perselingkuhannya, bukan mengenai gerakan feminisme, jelas-jelas menamparkan realita sosial di masa itu ke semua pembacanya. Jika anda sudah membaca Anna Karenina, kalian akan melihat sebuah kemiripan realita, meski tidak sejelas yang ada pada karya leo Tolstoy tersebut oleh perbandingan relasi beberapa pasangan di dalamnya. Madame Bovary hanya menjelaskan perselingkuhan Emma, dan perselingkuhan emosionalyang di lakukan oleh Charles. Jelas sekali pembaca menganggap bahwa Charles tak berselingkuh, dan pembaca juga dapat lebih mudah mentolerir kesalahan para pria di buku ini. Saran saya, baca Anna Karenina, dan akan jelas perbandingan kasta wanita dan pria pada masa itu. Kalian harus ingat bahwa Emma Bovary dijodohkan, hal yang umum pada masa itu, dan telah mulai hilang di masa kini. Jika kalian juga dijodohkan dengan pasangan yang harus kalian terima namun tidak pernah dapat memenuhi kebutuhan emosional kalian, saya ingin mendengar pendapat kalian juga.

    BalasHapus