SPOILER ALERT!


SPOILER ALERT!
Bila Anda serius ingin membaca buku-buku yang saya bahas di bawah ini dan tak ingin ceritanya Anda ketahui sebelum membaca bukunya, sebaiknya Anda meninggalkan website ini dan mengunjunginya kembali setelah selesai membaca. Terima kasih.

Rabu, 27 Juli 2011

A Death in Vienna - Frank Tallis

Banyak hal yang membuat saya memutuskan untuk membaca sebuah buku. Kadang karena rekomendasi teman atau pakar. Kadang karena kekaguman saya akan penulisnya. Kadang juga karena buku itu adalah buku yang langka. Tapi yang satu ini, jujur saja, saya salah beli buku.

Saya sedang berjalan-jalan ke sebuah bazaar buku dengan diskon (katanya) sampai 70%. Selesai melihat-lihat dan menimbang-nimbang, saya tidak menemukan buku yang menarik. Tapi daripada merasa rugi waktu, akhirnya saya memutuskan untuk membeli paling tidak sebuah buku. Buku A Death in Vienna ini saya beli, karena saya familiar dengan judulnya. Saya pikir ini sebuah karya klasik.

Ternyata saya misinterpretasi. Buku klasik yang saya cari adalah Death in Venice, bukan A Death in Vienna. Setelah saya telusuri, A Death in Vienna sendiri bukanlah judul asli buku ini. Judul aslinya Mortal Mischief, ditulis oleh Frank Tallis. Tapi, ya sudahlah, saya memang sedang butuh bacaan, apapun bukunya.

Di luar perkiraan, buku ini cukup menarik, dan sangat menghibur. Novel ini adalah sebuah thriller detektif ala Hercule Poirot, dengan pendekatan yang unik, yaitu psikoanalisis. Penulisnya, Frank Tallis (http://www.franktallis.com) adalah seorang praktisi psikologi klinis, peneliti dan penulis buku psikologi populer, yang berubah haluan menjadi penulis novel thriller detektif. Hasilnya sangat meyakinkan, novelnya sangat menarik dan enak dibaca. Saya ingat, pernah saya seharian membaca novel Dan Brown tanpa berhenti saking enaknya untuk dibaca, menurut saya novel ini lebih bagus dari novel tulisan Dan Brown. Saya tidak menghabiskan novel ini seharian, karena saya tidak punya banyak waktu luang, tapi buku setebal 580 halaman ini habis saya baca di kereta listrik hanya dalam waktu 5 hari.

Ternyata Frank Tallis cukup serius mendalami profesi barunya ini. Dia menulis novel ini sebagai seri pertama dari serial petualangan seorang dokter psikolog muda bernama Max Liebermann. Max adalah seorang praktisi psikologi klinis di Wina, tahun 1902, dan murid langsung dari Sigmund Freud. Buku ini adalah kasus pertamanya yang diselesaikan bersama inspektur polisi Oskar Reindhart. Buku ini diberi sub judul: The Liebermann Papers 1. Saat ini menurut website penulisnya, telah terbit sampai The Liebermann Papers 5.

Novel ini seperti pengulangan stereotip cerita detektif cerdas dan pasangannya. Max Liebermann dan Oskar Reindhart adalah Poirot dan Kapten Hastings atau Sherlock Holmes dan Dr. Watson. Hanya saja, Liebermann lebih intelek, dengan pendekatan sains yang utama. Liebermann adalah Sherlock Holmes yang ilmuwan. Liebermann menjadi detektif yang cerdik semata-mata karena dia mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi dan anti takhayul. Dia adalah tipikal Yahudi cerdas dan terpelajar yang kritis terhadap budaya Eropa klasik yang kolot, itu pula yang menyebabkan dia selalu dicurigai masyarakat. Pun novel ini mengambil setting bibit kelahiran ultra nasionalisme Pan Jerman.

Alkisah, tersebutlah seorang cenayang cantik bernama Charlotte Löwenstein. Charlotte yang berprofesi sebagai medium untuk arwah-arwah penasaran, ditemukan terbunuh di dalam ruangan yang terkunci rapat dari dalam, dengan luka tembak, namun tanpa ditemukan sebutir pelurupun di tubuhnya. Tidak pula ditemukan senjata pembunuh. Sebuah kejahatan yang sempurna, seakan setan sendiri yang membunuhnya karena praktek paranormalnya yang hanya direstui iblis. Di dekat tubuh Charlotte Löwenstein ditemukan sebuah pesan yang seakan-akan mengesankan bunuh diri.

Seperti roman detektif a la Agatha Christie, Charlotte dikelilingi oleh calon tersangka, yaitu para pengikutnya yang setia. Charlotte Löwenstein beserta pengikutnya secara rutin mengadakan pertemuan untuk memanggil arwah di rumahnya. Pengikutnya antara lain: Karl Uberhost, seorang tukang kunci; Hans Bruckmüller, seorang pengusaha; Zoltán Záborszki, seorang bangsawan dari Hungaria; Otto Braun, seorang pesulap murahan; Natalie Heck, seorang wanita muda menarik yang pemalu; dan pasangan suami istri terpandang Heinrich dan Juno Hölderlin.

Plot dalam buku ini sangat menarik. Liebermann adalah orang yang cukup sibuk, layaknya detektif dalam film TV Amerika. Selain banting tulang menyelesaikan kasus kriminal yang 'sempurna' tersebut, dia juga berusaha melakukan terapi terhadap Miss Lydgate, seorang wanita muda Inggris yang awalnya mengalami kelumpuhan, ternyata belakangan ketahuan mempunyai kepribadian ganda. Dia juga sedang mempersiapkan pernikahannya dengan Clara, kekasihnya. Selain kesibukan-kesibukan di atas, dia masih sempatkan bermain piano di kafe, memainkan musik klasik dengan Oskar (selain psikoanalis handal, Liebermann adalah seorang pemain piano yang sangat ahli). Liebermann juga disegani oleh gurunya, Sigmund Freud sendiri. Benar-benar sebuah plot yang luar biasa. Terlalu luar biasa malah.

Kadang-kadang, di novel ini kita tidak menemukan keraguan. Semuanya serba positivis, sesuai semangat pencerahan. Argumen yang ingin ditunjukkan dalam novel ini adalah bahwa bila Anda berusaha memasuki kondisi psikologis seseorang dan memahaminya, maka proses itu layaknya sebuah penyelidikan detektif Poirot. Dalam sub-conscious, Anda akan menemukan motif, tersangka, modus operandi, dan alibi.

Meskipun begitu, novel yang cukup tebal ini adalah novel yang bagus. Frank Tallis benar-benar tidak salah pilih profesi, meninggalkan praktek psikologinya untuk menjadi penulis novel. Novel ini kadang terjebak terlalu dalam untuk menjelaskan sejarah, latar belakang, dan wawasan. Sedikit pamer, semacam cerita Si Boy yang baik hati dan tidak sombong, jagoan lagipula pintar, tapi tetap menarik untuk dibaca. Sangat menghibur, seharusnya buku ini direkomendasikan untuk pembaca yang tidak ingin menikmati diskursus terlalu berat, tapi tetap saja ingin mendapatkan 'sesuatu yang lebih' dari sebuah buku yang menghibur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar