SPOILER ALERT!


SPOILER ALERT!
Bila Anda serius ingin membaca buku-buku yang saya bahas di bawah ini dan tak ingin ceritanya Anda ketahui sebelum membaca bukunya, sebaiknya Anda meninggalkan website ini dan mengunjunginya kembali setelah selesai membaca. Terima kasih.

Rabu, 22 Desember 2010

The History Of Love - Nicole Krauss

Saya jarang membaca buku dua kali. Menurut saya, itu membuang-buang waktu, sementara banyak sekali buku yang ingin saya baca belum tersentuh. Salah satu buku yang saya baca dua kali adalah buku History of Love tulisan Nicole Krauss. Tentunya ada sesuatu yang istimewa dari buku ini hingga saya melanggar kebiasaan saya sendiri.

Saya teringat pertama kali membacanya tahun 2007, saya terganggu, dan mulai membuat puisi berratus-ratus kata setelahnya. Sekarang saya membacanya lagi karena sudah lupa isinya. Yang saya ingat, saya suka sekali buku ini. Setelah membacanya, saya buru-buru menuliskan kembali review dan plot dari buku ini. Inilah tujuan utama saya membuat website ini dari awal, menuliskan kembali apa yang pernah saya baca agar tidak lupa, sehingga saya tidak perlu membacanya kembali.

Pertama kali atau kedua kali baca, pendapat saya tetap: Nicole Krauss adalah orang yang sangat cerdas dan penulis yang sangat berbakat. Buku yang luar biasa ini ditulis ketika wanita ini berumur 31 tahun, usia emas untuk seorang sastrawan.

Buku ini menurut hemat saya adalah sebuah tribut untuk Kafka. Terlihat sekali pengaruh Franz Kafka dalam buku ini. Buku ini juga sebuah perayaan untuk penulisan sastra. Buku ini merayakan Kafka, Tolstoy, Bruno Schulz. Terlihat bahwa Krauss sangat menghormati Nicanor Parra, penyair, dengan beberapa kali menyebut namanya dalam buku ini. Krauss juga terpengaruh dengan Don Quixote-nya Cervantes, dengan beberapa kali menyebutkan namanya dan dalam badan cerita, buku ini mirip Don Quixote. Buku ini adalah cerita tentang sebuah cerita dalam sebuah buku berjudul The History of Love. Dalam buku Don Quixote, tokohnya, Quixano terlalu sering membaca buku yang seakan nyata.

Beberapa orang mungkin resisten terhadap buku ini, karena buku ini membahas tentang agama Yahudi dan bangsa Israel. Bahkan disana-sini terdapat dipakai abjad Ibrani (Hebrew). Penulisnya memang seorang Yahudi asli (seperti juga Franz Kafka dan Boris Pasternak), jadi sangat wajar kalau dia menulis tentang apa yang dia tahu. Menurut saya, unsur-unsur Yahudi dan bangsa Israel yang kental dalam buku ini tak lebih penting dari penggambaran tentang dekorasi sebuah ruangan. Buku ini tetap imajinatif secara universal, di luar batas-batas peradaban, agama, dan negara.

Buku ini adalah tentang perjalanan sebuah buku berjudul History of Love, dan penulisnya, seorang penulis berbakat tak terkenal bernama Leo Gursky. Tokoh pencerita dalam buku ini berpindah-pindah dengan sangat dinamis dan brilian. Pertama Leo Gursky sendiri. Kedua seorang gadis kecil yang tak ada hubungannya dengan Gursky, hanya saja dia dinamakan berdasarkan tokoh dalam buku tulisan Gursky, yaitu Alma. Ketiga adalah Zvi Litvinoff, teman masa kecil Gursky yang membawa pergi naskahnya ke Chile, dan tak pernah bertemu lagi sejak itu. Ada juga Bird, adik Alma yang suka berniat baik turut campur dalam urusan kakaknya dan orang lain, karena menganggap dirinya adalah seorang nabi Yahudi.

Gursky dalam buku ini diceritakan lahir di Slonim, Polandia. Dia gemar sekali mengarang, beberapa temannya ternyata diam-diam mengakui bakatnya ini. Sebagai kritikus yang membangun, adalah seorang Zvi Litvinoff, teman mudanya yang bekerja di surat kabar sebagai penulis obituari yang selalu menyarankan bagaimana seharusnya Gusky menulis. Gursky menjalin hubungan percintaan dengan seorang gadis bernama Alma. Sebagai memoar atas rasa cintanya ke Alma, dia menulis sebuah buku berjudul Sejarah Cinta (The History of Love).

Buku itu belum sempat diberikan kepada Alma, ketika Alma dibawa pergi oleh ayahnya ke Amerika. Alma tidak sempat memberitahu Leo Gursky bahwa percintaan terakhir mereka telah berbuah janin dalam perutnya. Tak lama kemudian pecah perang dunia kedua. Nazi merangsek maju ke Polandia. Zvi Litvinoff melarikan diri ke Amerika Selatan dengan membawa naskah Sejarah Cinta yang ditipkan Gursky padanya. Sementara itu, Gursky menghundari pembantaian orang Yahudi, melarikan diri dan bersembunyi selama bertahun-tahun di hutan.

Setelah perang selesai. Gursky pergi ke Amerika menjemput Alma, yang ternyata tidak kesampaian karena Alma sudah menikah dengan orang lain. Anak dari Gursky, bernama Isaac, dipelihara oleh bapak tirinya, dan belakangan juga menjadi penulis yang dihormati. Isaac tak pernah tahu ayah aslinya. Patah hati, Gursky memutuskan untuk tidak pernah lagi jatuh cinta dengan orang lain. Dia tinggal di Amerika seorang diri, sembari terus mengawasi anaknya diam-diam, dan mengoleksi buku-buku tulisan anaknya. Ketika usianya semakin tua di Amerika, Gursky bertemu teman masa muda lainnya yang juga penulis berbakat bernama Bruno. Bruno sudah cukup lama tinggal di Amerika, dan ketika istrinya meninggal, dia pindah ke gedung apartemen Gursky. Sejak itu mereka menjadi sahabat dan tetangga yang saling menyemangati untuk terus menulis.

Sementara Zvi Litvinoff akhirnya menetap di Chile, dengan bekerja sebagai buruh, pegawai apotik, sampai belakangan seorang guru. Zvi bermimpi menjadi penulis, tapi dia tak kunjung menghasilkan karya yang bagus. Dia berkenalan dengan Rosa, seorang gadis muda yang tertarik akan intektualitas Zvi yang fasih membahas puisi dan karya sastra. Keduanya akhirnya menikah. Karena merasa tidak percaya diri, Zvi yang merasa tua dan miskin berusaha untuk menulis sebuah buku. Tapi karena tidak berbakat, dia menjiplak karya Gursky, menerjemahkannya ke dalam bahasa Spanyol, kemudian membawanya ke penerbit. Buku Sejarah Cinta akhirnya diterbitkan dalam bahasa Spanyol dengan nama Litvinoff sebagai pengarangnya tanpa diketahui Gursky.

Dalam sebuah tapestry fiksi yang nyaman dan menarik, cerita bergulir sampai akhirnya Gursky mendapatkan kembali naskah Sejarah Cinta. Masing-masing pencerita mempunyai plot suspense sendiri dan unik tiap karakter, baik dalam diksi maupun perspektif. Seperti sidik jari yang rumit dan unik, Krauss harus menggambarkan sidik jari untuk banyak orang.

Leo Gursky adalah orang yang imajinasinya berlebih tanpa mampu dikeluarkan. Dia hidup sendiri sampai tua. Bahkan ketika kekasihnya Alma mati, dia tetap hidup sendiri. Bahkan ketika anaknya Isaac mati, dia tetap hidup sendiri. Ini adalah orang yang luar biasa kesepian. Orang yang sangat kelelahan. Dia sudah mengalami terlalu banyak dalam hidupnya, sampai akhirnya kehilangan batas realitas maupun fiksi. Leo terlihat begitu kesepian sampai temannya adalah suara nuraninya sendiri. Orang yang sendiri dan kesepian tidak bisa tidak selalu berpikir tentang kematian dalam segala cara. Itu juga yang ada di benak Gursky.

Dia tidak ingin mati dalam kesendirian. Dia tahu waktunya semakin dekat. Untuk itu dia selalu menjadi pembuat onar, sekedar mencari perhatian di depan umum, agar dia bisa mati di tempat dia terlihat orang. Gursky menjadi model telanjang untuk para pelukis, agar dia berada di sekeliling orang yang melihatnya. Dia sering berpikir, siapa yang akan terakhir melihatnya hidup. Apakah tukang antar masakan Cina? Ataukan dia mati sendirian di dalam apartemennya sampai tiga hari kemudian baru ditemukan, seperti salah seorang tetangganya? Satu hal yang Leo Gursky lebih khawatir adalah bila pikiran dan imajinasinya mati. Dia penulis yang hebat karena dia bermain-main dengan imajinasinya. Kadang tidak ada batas antara realitas dan imajinasi. Bahkan kadang saya mempunyai kesan bahwa Bruno, sahabat dan tetangganya yang sama-sama tua, adalah tokoh imajinernya sendiri.

Bruno dalam buku ini, meskipun hanya sebagai background, mempunyai peran yang sangat vital. Perlu dicatat, dalam sebuah surat dimana secara implisit Bruno memakai samaran "Jacob Marcus", dia bercerita bahwa dia gemar membaca buku Street of Crocodiles. Street of Crocodiles adalah sebuah karya kumpulan cerpen yang cemerlang dari seorang Yahudi yang pendek umurnya dan mati mengenaskan bernama Bruno Schulz. Imajinasi liar kita bisa berkembang, bahwa Bruni teman Leo adalah Bruno Schulz yang lepas dari jeratan maut dan hidup anonim. Tapi ini imajinasi liar saya, Anda tidak perlu mengikutinya, juga tak perlu berusaha untuk membenarkannya.

Leo Gursky digambarkan sebagai seorang penulis cemerlang yang anonim. Dia telah menulis buku Sejarah Cinta dengan dalam. Disinilah kekuatan Nicole Krauss. Dia menulis buku tentang seseorang tua renta bernama Gursky. Sekaligus juga dia berperan sebagai Gursky untuk menulis masterpiece imajiner berjudul Sejarah Cinta. Krauss seakan menulis dua buku. Dan jika pembaca percaya bahwa Gursky adalah penulis yang hebat, tentunya Krauss jauh lebih hebat, karena dia menciptakan Gursky, dan menulis karya hebat untuk tokoh ciptaannya itu.

Saya sempat terkecoh dengan judulnya. Saya pikir buku dengan judul The History of Love terdengar cukup melankolis. Seperti chicklit yang ringan ber-haha-hihi. Kalau boleh jujur, seorang pengarang pria biasanya akan menghindari menulis buku berjudul The History of Love. Tapi ternyata isinya sangat dalam, sangat berbobot. Buku ini (atau kedua buku ini) ditulis dengan cara yang luar biasa.

4 komentar:

  1. ada 2 kesamaan antara Anda dan sy mengenai buku ini:
    1. sy pikir novel chicklit (kado ultah 2009 dari sobatku yang tidak suka membaca. katanya, waktu itu, dia suka judulnya: buku2 yang bau love-love biar saya segera cari pacar... padahal bagi sy judulnya bikin under estimate :D)
    2. ini adalah sedikit dari novel yang sy juga baca dua kali!

    btw, thankyou uda review..

    salam
    blogwalking :)

    BalasHapus
  2. Iya, saya juga suka novel ini. Tapi setau saya, Leo sempat memberikan copy novel History of Love-nya itu ke Alma, tapi hanya beberapa bab, dan itu dibacakannya berulang-ulang ke Isaac sebelum tidur makanya dia suka banget buku ini dan minta ibunya Alma Kecil menerjemahkan buku itu ke dalam bahasa Inggris.
    Dan setau saya, bukan Bruno kok yang jadi Jacob Marcus :>
    Salam kenal sesama pembaca buku ^_^

    BalasHapus
  3. oo gitu ya mbak? memang kadang saya kurang cermat membaca buku. terima kasih mbak atas koreksinya.

    BalasHapus